MISKONSEPSI SERTA PEMBELAJARAN DALAM FISIKA

Posted by Visya Al Biruni on 16.01
Segala sesuatu di dunia ini, ada pula yang bersifat absolut, ada yang bersifat relatif.  Secara umum suatu ilmu pengetahuan bersifat relatif dari mudah-sulitnya, termasuk Fisika. Sebagian menganggap Fisika itu menyenangkan, tak sedikit pula yang menganggap Fisika itu menyeramkan. Fisika mengkaji fenomena dan benda-benda di alam raya ini, mulai dari yang terkecil hingga terbesar. Keharmonisan di alam ini disebabkan oleh qadar Allah S.W.T. Hal ini ditegaskan dalam surah Al Qamar (54) ayat 49.
Sesungguhnya Kami (Allah), segala sesuatu Kami (Allah) ciptakan menurut ukuran. 

 Setiap ilmu pengetahuan memiliki konsep yang menjadi dasar pengembangan ilmu tersebut. Pengetahuan mendasar dalam suatu disiplin ilmu begitu penting. Tapi apakah yang selama ini diasumsikan oleh para siswa sudah berada di 'jalan yang lurus'? Atau malah berbelok ke ‘arah yang lain’? Mari kita coba selidiki.
Jika Matematika cenderung berbicara mengenai perhitungan, maka Fisika mengupas lebih dalam tentang teori beserta perhitungannya. Banyak hal di sekeliling kita yang memanfaatkan konsep Fisika. Beberapa contoh di antaranya adalah menghitung kecepatan dari berbagai arah, gaya sebuah benda dan banyak hal lainnya mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Hal ini menunjukkan betapa penting mengetahui konsep awal dari Fisika. Meski kenyatannya masih banyak orang-orang di sekitar yang mengalami miskonsepsi.
Seperti namanya, miskonsepsi, yang merupakan kombinasi dari suku kata mis dan konsepsi, miskonsepsi berarti konsep awal, kesalahan, hubungan yang  tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno, 2005). Secara umum miskonsepsi dalam Fisika berarti kesalahpahaman konsep dalam Fisika, hal ini mengerucut kembali pada konsep awal pendidikan Fisika.
Miskonsepsi dalam Fisika dapat terjadi dikarenakan beberapa sebab antara lain
1. Pendidik yang kurang menguasai mater-materi Fisika sehingga kurang jelas dalam memberikan konsep awal. Ada pula pendidik yang memiliki metode mengajar kurang sesuai atau bahkan belum memberikan konsep awal Fisika sebagai pembelajaran awal. Selain itu tidak semua pendidik Fisika merupakan lulusan jurusana Fisika. Tak dipungkiri, khususnya di daerah pedalaman, mereka adalah orang-orang non Fisika sehingga mengakibatkan kekurangpahaman mengenai konsep Fisika.

2. Siswa yang salah memahami konsep. Kurangnya pengetahuan mengenai kerangka berpikir membuat siswa belum bisa membangun konsep Fisika dengan baik. Dalam kehiduapn sehari-hari, siswa kerap berhadapan dengan berbagai kejadian berlandasakan konsep Fisika. Contohnya, suhu. Hampir setiap hari siswa mengalami perubahan suhu di lingkungannya sehingga membuatnya membentuk sendiri pengetahuan tentang suhu tanpa sumber yang jelas.
Hal itu  antara lain disebabkan oleh minat untuk mencari tahu yang kurang banyak, kemampuan menangkap ilmu atau konsep, penalaran yang setengah-setengah dan kerangka pemikiran yang kurang luas;

3. Buku Ajar/Buku Teks merupakan salah satu penyebab miskonsespsi. Dalam penilitian yang lalu-lalu, ditemukan beberapa kesalahan dalam buku teks dengan relaita yang sesungguhnya. Contohnya mengenai gerak dan cahaya. Hal ini disebabkan kesalahan pengetikan bahkan sampai yang fatal, kesalahan pemaparan secara total. Padahal buku teks merupakan pegangan bagi guru dan siswa. Buku ajar yang baik adalah yang cenderung mudah ditangkap oleh siswa dengan jenjang pendidikan sesuai dalam buku. Buku dengan bahasa yang sulit dipahami akan membuat siswa sulit menangkap dan mencerna sehingga mereka hanya menangkap ’seadanya’.
4. Serta faktor-faktor lain yang sifatnya non subjektif.
Hal ini tentu saja mengakibatkan miskonsepsi yang berkelanjutan dan harus cepat ditanggulangi.
Seorang guru Fisika seyogyanya mampu memberikan pemahaman yang jelas dan benar pada siswanya. Tapi kenyataan yang didapat dari survey mini yang dilakukan penulis cukup menyedihkan. Penulis menyediakan enam pernyataan Fisika kemudian sebanyak lima belas siswa diminta memilih antara benar dan salah. Disimpulkan bahwa 61% dari siswa yang mengisi kuisioner mengalami miskonsepsi Fisika. Hanya beberapa orang saja yang berhasil menjawab semuanya secara betul.
Berikut akan dipaparkan beberapa miskonsepsi dalam dunia pendidikan Fisika :
1. Bumi mengelilingi Matahari
Meski hal ini sudah dipelajari sejak tahun kedua di SMP, masih saja ada siswa yang mempertanyakan. Padahal jelas bumi lah yang mengelilingi matahari sehingga memiliki periode revolusi selama kurang lebih 365 hari.

2. Buku yang diletakkan di atas meja tidak memiliki gaya
Sudah jelas bahwa benda yang bergerak memiliki gaya yang dirumuskan dengan :
F= m x a
Tapi, jangan salah, benda diam pun memiliki gaya berupa gaya normal yang mengarah ke atas dan gaya gravitasi yang mengarah ke bawah. Kedunya tidak sama dengan nol. Gaya gravitasi ini lah yang menyebabkan suatu benda tetap berada di tempat, tidak melayang-layang. Jadi, pernyataan ini bernilai salah.

3. Suhu air dikatakan mendidih jika dan hanya jika sudah mencapai suhu 100'c
Titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap sebuah zatcair sama dengan tekanan eksternalnya. Sementara, tekanan eksternal di setiap daerah berbeda-beda sehingga menyebabkan titik didih di setiap daerah berbeda. Titik didih ketika di Jakarta, tentu berbeda dengan di Bandung atau kota lainnya.
4. Sebuah benda diam/tak bergerak, tidak memiliki energi
Persamaan yang kontraversional tentang energi adalah :
E =mc2
Jadi, ada tidaknya energi dari suatu benda bukan dipengaruhi oleh posisi maupun kecepatan melainkan massa diamnya.

5. Dua buah mobil yang memiliki percepatan sama dan menempuh jarak yg sama akan sampai di final di waktu yang bersamaan
Vt = Vo+ at
Tentu Anda ingat dengan rumus dasar kecepatan ini. Kecepatan akhir didapat dengan menambahkan kecepatan awal dan perkalian antara percepatan dengan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan awal, kecepatan akhir, percepatan dan waktu saling mempengaruhi. Tidak selalu benda yang memiliki kecepatan akhir dan jarak tempuh yang sama akan sampai di suatu titik dalam waktu bersamaan. Ingat, kecepatan awal turut mempengaruhi. Selama kecepatan awal keduanya sama, maka waktu yang dibutuhkan pun akan sama.

6. Massa benda A lebih besar dari benda B. Keduanya dijatuhkan dari ketinggian yang sama dan dalam waktu bersamaan. Maka benda A yang akan lebih cepat sampai ke dasar.
Kecepatan dan waktu yang diperlukan sebuah benda untuk sampai ke dasar, tidak dipengaruhi oleh massa sama sekali karena gerak yang terjadi berkaitan dengan gaya gravitasi dan ketinggian. Menurut konsep Fisika, keduanya akan sampai di tanah secara bersamaan.
Dari pernyataan pernyataan di atas, mari berpikir sejenak untuk mengambil kesimpulan antara miskonsepsi dan konsep sesungguhnya dalam Fisika. Meski sebenarnya masih banyak lagi miskonsepsi Fisika dalam berbagai subbab seperti termodinamika, Fisika modern, gelombang, listri dan magnet serta masih banyak lagi.  Kenyataan berbicara bahwa bukan saja siswa yang mengalami miskonsepsi, melainkan juga mahasiswa. Hal ini harus ditanggulangi dengan pemberian pemahaman dari guru ke siswa dan dari dosen ke mahasiswa.
Langkah awal yang dapat dilakukan guna menanggulangi miskonsepsi ini adalah dengan mengungkapkan miskonsepsi apa saja yang terjadi pada siswa. Hal ini dapat dideteksi melalui wawancara, tes esai, diskusi maupun kuisioner. Jika sudah didapat hasilnya, langkah selanjutnya adalah mencari penyebab terjadinya miskonsepsi, entah dari pendidik, siswa, buku ajar maupun faktor lainnnya. Tahap terkahir lah yang menentukan yakni pemberian bukti pada siswa sehingga mereka mengerti mengenai miskonsepsi dan konsep yang benar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan bukti-bukti kejadian ynag mendukung. Contohnya pendidik membuktikan pernyataan miskonsepsi nomor 5 dengan menggerakkan dua buah mobil menuju suatu finish dalam waktu yang bersamaan tapi dengan kecepatan awal yang berbeda. Maka jelaslah, keduanya tidak akan tiba bersamaan di finish.
Selain itu, pendidik hendaknya memberikan pemahaman konsep awal secara merata melalu teori belajar behaviorisme. Jika konsep sudah dipahami, maka proses belajar selanjutnya menggunakan teori belajar contructivisme dan trial-error. Selain itu dalam diri siswa dan mahasiswa harus mampu mencari tahu lagi.
Sebenrnya, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menangguloangi miskonsepsi tapi harus diingat kembali bahwa tidak semua cara tersebut cocok dengan pola pikir dan perkembangan siswa. Maka dibutuhkan penelitian terlebih dahulu. Miskonsepsi lebih lanjut dapat dicegah dengan memberi contoh gejala-gejala Fisika barulah kemudian memberikan rumus. Jika rumus sudah di tangan, maka soal akan mudah dikerjakan dan dipahami. Siswa pun harus diminta menjelaskan kembali penjelasan dari pendidik.
Meskipun tidak semua siswa nantinya memiliki peminatan yang sama dalam hal Fisika, tapi setidaknya penting bagi mereka untuk mengetahui konsep-konsep dasar kehidupan melalui Fisika. Bukankah manusia diciptakan untuk terus berpikir dan belajar? Sesuai pula dengan salah satu pepatah kuno

Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat

Semoga ke depannya akan muncul para ilmuwan, khususnya di bidang Fisika, seperti Abdus Salam, Al-Farabi , Al-Kindi, dkk. Kelak generasi masa kinilah yang akan mengembalikan kembali kemajuan peradabaan Islam, khususnya di bidang ilmu pengetahuan.




DAFTAR PUSTAKA
Armando, Ade, dkk. 2001. Ensiklopedia Islam untuk Pelajar. Jakarta : P.T. Ichtiar Baru van Hoeve

Sudaryanto, dkk. 1992. Fisika untuk SMP Kelas 3. Jakarta : F.A. Bina Budhaya

Soemanto, Waty. 2003.
Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo