Pandangan Psikologi terhadap Gaya Pengajaran Kobayashi dalam Novel Toto Chan (Gadis Cilik di Jendela) Oleh Syaiful Rachman

Posted by EduwaUNJ on 22.29


Oleh Syaiful Rachman*

Ketika kita membicarakan mengenai Pengajaran, hal ini tidak terlepas dari pendidikan. Pertanyaannya, apakah pendidikan itu, kapan dan dimana pendidikan itu dimulai. Selain itu ketika kita belajar mengenai pendidikan, kita juga tidak terlepas dengan manusianya itu sendiri. Oleh karena itu sangat tepat jika kita mengikut sertakan ilmu psikologi dalam proses pendidikan. 


Setelah saya mengetahui cerita Kobayashi dengan keberhasilannya membangun komunikasi dengan muridnya dan gaya pengajarannya, saya teringat dengan Teori Pola Asuh dari Diana Baumrind dengan alasan Pendidikan dan Belajar itu sesuatu yang selalu berkaitan dan manusia iu belajar ketika mulai dari ia lahir dengan segala keterbatasanya hingga dewasa. Dan pada saat itu, guru kita pertama yaitu orang tua. Begitu juga ketika kita disekolah, peran orang tua ita diambil alih oleh guru. Apa yang dilakukan oleh Kobayashi dengan mendengarkan cerita dari murid-muridnya yang terkadang terlupa oleh beberapa guru, sangat baik untuk dilakukan oleh para pendidik khususnya gurur. Lalu apa hubungannya dengan teori Pola Asuh Diana Baumrind tersebut, dalam teori tersebut disebutkan ada dampak yang ditimbulkan dari tiap-tiap pola asuh terhadap anak dikemudian hari. 


Berdasarkan cerita Kobayashi, ketika ia mengajar pola asuh yang digunakan adalah Autoritative, dengan mendorong anak untuk menjadi mandiri namun tetap menempatkan batasan dan tetap mengontrol sikap mereka. Komunikasi secara verbal yang luas sangat diperbolehkan, dan orang tua ini sangat hangat dan sangat peduli secara emosi dan fisik terhadap anaknya. Contoh ayah yang authoritative akan bilang dengan merangkul anaknya “kamu seharusnya tidak melakukan ini, mari kita bicarakan bagaimana kamu menangani situasi seperti ini lebih baik dilain waktu. Anak yang memilik orang tua yang autoritative cenderung berkompeten secara sosial, dan memiliki pribadi yang dapat diandalkan, dan dapat bertanggung jawab secara sosial. Jadi, secara tidak langsung gaya pengajaran Kobayashi melatih kemampuan sosial dan kemampuan komunikasi anak. Kedua kemampuan ini tidak boleh dianggap remeh dalam rangka menumbuhkembangkan potensi anak. 

Dalam Psikologi ada Tiga Pendekatan Besar dalam proses Pembelajaran yaitu Kognitif, Behavioristik dan Humanistik. Pendekatan kognitif menitik berat kan pada proses kognitif peserta didik. Aspek yang diperhatikan misalnya, memori dan perkembangan kognitif. Di kaitkan dengan cerita Kobayashi, tidak ada informasi yang menggambarkan dia menerapkan konsep kognitif dalam pengajarannya. Sedangkan behavioristik adalah oendekatan dengan menentukan stimulus atau penguatan apa yang mendukung keberhasilan pembelajaran. 


Pendekatan terakhir yaitu pendekatan humanistik yang menekankan pada pengembangan potensi individu dan afektif yang lebih baik. Pendekatan ini membuat peserta didik menjadi lebih nyaman secara afektif karena asas yang dipegang adalah menerima peserta didik sebagaimana adanya. Beberapa keyakinan mengenai pendekatan huminstik adalah, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri seperti, harga diri, efikasi, dan kontrol diri, memiliki perasaan yang baik terhadap orang lain, sekolah harus menyesuaikan dengan baik dengan murid bukan sebaliknya, dll.selain itu menjadi guru yang komunikatif dengan murid juga termasuk pendekatan humanistik, kenyamanan afektif bagi peserta didik dianggap dapat memicu pengembangan diri yang lebih baik.


*Kadiv pendidikan HMJ Psikologi 2013
Categories: ,