Karya Dewantara Bagian Pertama Pendidikan

Posted by EduwaUNJ on 10.02





Penulis: Ki Hajar Dewantara

“Pada hakikatnya sekolah ditujukan untuk membangun anak didik menjadi manusia yang Merdeka Lahir, Batin dan Luhur Akal Budinya.“ (Suwardi Suryaningrat)

Ki Hadjar Dewantara merupakan sosok tokoh nasional perintis perjuangan, pahlawan kemerdekaan, Sebagai pahlawan nasional Ki Hadjar Dewantara tak hanya mewariskan kemerdekaan maupun lembaga pendidikan dan kebudayaan seperti taman siswa, namun harta peninggalan berupa buah pikiran dan gagasan tertulis menjadi harta warisan yang amat bernilai harganya. Cendikiawan ini banyak menuangkan gagasan pikirannya dalam bentuk tulisan, namun dengan keterbatasan zaman saat itu menyebabkan tulisan – tulisan Ki Hadjar tidak terarsipkan dengan baik, oleh karena itu perlu diadakan studi pustaka guna mencari dan mengumpulkan seterusnya melakukan penyusunan sampai kemudian kumpulan tulisan ini dapat diterbitkan hingga menjadi buku, layaknya tengah mendulang untuk menggali dan mencari intan permata yang terpendam lalu membersihkan dan meronce sampai jadi sebuah perhiasan yang amat sangat berharga bagi bangsa ini.

Bagian terbesar perjuangan Ki Hadjar Dewantara terletak di lapangan pendidikan, tak heran jika tulisan terbanyak adalah tentang pendidikan, oleh karna itu buku ini merupakan sebuah karya besar terkait semua kumpulan tulisan – tulisan Ki Hadjar mengenai pendidikan dan pengajaran, yang disambut dengan buku – buku berikutnya terkait Kebudayaan, Politik, Sosial, Jurnalistik, hingga biografi Ki Hadjar.

Buku ini mengupas bidang pendidikan secara luas dengan paradigma Ki Hadjar Dewantara yang mengedepankan pandangan budaya timur sehingga amat cocok untuk dipelajari sebagai solusi untuk globalisasi krisis moral yang hebat dewasa ini, secara ringkas Buku ini terbagi menjadi 8 bab yaitu:
1. Pendidikan Nasional
2. Politik Pendidikan
3. Pendidikan Kanak – kanak
4. Pendidikan Kesenian
5. Pendidikan Keluarga
6. Ilmu Jiwa
7. Ilmu Adab
8. Bahasa

Mencoba mengulas secara singkat paradigma terhadap pendidikan yang disajikan oleh Ki Hadjar Dewantara, ada sebuah refleksi ironi terkait krisis moral yang kerap menjadi realita saat ini ketika adanya anak muda yang sombong lalu sampai berani melukai persaaan orang tuanya maupun bangsanya, itulah buah pengajaran dan pendidikan yang tidak berdasarkan kebangsaan, mendidik anak itulah mendidik rakyat, maka itulah refleksi kondisi rakyat saat ini.

Meredefinisikan makna dan sifat kemerdekaan yaitu ketika seseorang mampu berdiri sendiri tanpa ketergantungan orang lain dan dapat mengatur dirinya sendiri, maka hendaklah pendidikan dapat memerdekakan potensi individualitas keunikan di setiap anak didik, dengan memerdekakan manusia sebagai anggota dari persatuan (rakyat) maka mendidik bangsa secara komprehensif adalah keniscayaan.

Mendidik ialah hal yang dilakukan dengan rasa kehalusan dan kemanusiaan dengan kata lain didikan lahir dan batin bukan hanya sekedar intelektualistis yang mengedepankan perintah, hukuman, dan pemaksaan dalam pendidikan hal yang demikian itu adalah perkosaan atas kehidupan batin anak didik, maka sepatutnya pendidikan harus menjaga atas kelangsungan kehidupan batin sang anak.

Konsepsi pendidikan yang ditawarkan ialah bagaimana pendidikan itu memajukan aspek budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelektualitas), dan tubuh anak (fisik jasmani) menuju sebuah kesempurnaan hidup. Maka dari itu pengajaran nasional hendaklah selaras dan beralaskan garis penghidupan dan kehidupan bangsa. Haruslah kita waspadai dalam memilih mana yang baik berguna menambah kemuliaan hidup dan mana yang akan merugikan, menyadari karakteristik bangsa untuk menentukan konsepsi pendidikan yang layak bagi bangsa Indonesia yang bernafaskan budaya timur.

Sebuah epilog, pendidikan hanyalah ‘tuntunan’ di dalam hidup berkembangnya anak didik itu, berarti bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak diluar kecakapan atau kehendak kaum pendidik, perlakukan anak didik layaknya benda hidup yang tumbuh menurut kodratnya sendiri, sebuah analogi seorang petani (pendidik) yang tengah menanam padi (anak didik) petani tersebut hanya dapat menuntun tumbuhnya padi. Ia dapat memperbaiki tanahnya, memberi pupuk dan air, memusnahkan ulat – ulat atau jamur - jamur yang mengganggu kelangsungan hidup tanamannya memang hanya sebatas itu, petani tidak mampu memaksa padi tumbuh layaknya jagung yang dapat berbuah dalam 3 bulan, pun tak dapat memelihara padi sebagaimana menyamakan cara dengan memelihara kedelai dsb. Mustahil ! Petani harus tunduk pada kodratnya padi, namun walaupun hanya menuntun amat besar faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak – anak.
Categories: