Conny Semiawan: "Sekolah Aman" Bukan Hanya Bergantung Faktor Fisik"

Posted by EduwaUNJ on 20.00

Tgl: 14/03/2013 22:04 Reporter: Heri Firmansyah

KBRN, Jakarta : Keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah tidak hanya ditentukan oleh kelengkapan sarana dan prasarananya, namun faktor psikologis, emosi, serta kenyamanan guru dan siswa menjadi indikator yang utama.
Hal itu dikemukakan Guru Besar bidang Psikologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Conny R Semiawan kepada pers di sela-sela Seminar "Teknologi Informasi Tak Berbayar untuk Menduku
ng Manajemen Pendidikan Bermutu" di Jakarta, Kamis (14/3/2013).
"Sekolah aman dan nyaman itu bukan hanya sebatas dari sumber fisik. Ada aspek psikososial dan emosional yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar," ujar Conny.
Menurut mantan Rektor IKIP Jakarta ini, fokus dan persepsi pemerintah pusat dan Bank Dunia untuk memajukan pendidikan di Indonesia lebih cenderung ke arah fisik, antara lain merehab ruang kelas, pendirian sekolah baru, hingga perluasan akses teknologi ke daerah- daerah pelosok.
"Itu memang penting. Tapi ada celah yang masih belum diperhatikan. Sekolah aman dan nyaman itu bukan hanya bersumber dari fisik," tegasnya.
Conny mengakui, untuk menciptakan proses pendidikan yang aman dan nyaman bukan sesuatu yang mudah. Diperlukan tindakan dan perilaku yang spontan. Guru sebagai salah satu sumber belajar, harus benar-benar memahami karakteristik dari peserta didik.
Ia berpendapat, untuk mengajarkan sesuatu yang baru kepada peserta didik jangan sampai mengabaikan apa yang sudah menjadi bagian atau tradisi dari masyarakat sekitar.
"Di Nusa Tenggara Barat misalnya, proses belajar mengajar masih tradisional. Namun, untuk membawa sesuatu yang baru dan bersifaf up to date, jangan sampai mengabaikan sisi emosional dan psikologis. Keseluruhan suasana belajar jadi yang terpenting," tutur Conny.
Sementara itu, Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Eritanu Halim mengatakan, berkaca dari bencana alam yang kerap terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, maka Bank Dunia memiliki komitmen untuk menciptakan "Sekolah Aman" atau Save School. Salah satunya dengan perbaikan struktur-struktur bangunan sekolah serta pemahaman siswa akan tanggap bencana.
“Kita harus pastikan bahwa struktur bangunan setiap sekolah aman, sehingga saat terjadi bencana siswa bisa selamat,” ujar Eritanu.
Selain memastikan struktur bangunan setiap sekolah kuat, "Sekolah Aman" juga harus mengajarkan bagaimana setiap siswa mampu menghadapi bencana yang ada. Di sinilah pentingnya program simulasi bencana pada siswa sekolah.

“Dengan memahami cara-cara menyelamatkan diri, maka anak aman dari bencana,” lanjutnya didampingi Pembantu Rektor IV UNJ Dr Soeprijanto dan Head of Internasional Office UNJ Dr Muchlas Suseno.
Menurut dia, "Sekolah Aman" sangat penting bagi semua anak mengingat hampir 70 persen waktu yang dimiliki anak-anak sehari-hari berada di lingkungan sekolah. (Heri.F/HF)
sumber : RRI