Tanah Perempuan
Posted by EduwaUNJ on 10.31
Bagi perempuan Aceh, yang menjadi sejarah bangsaku. Bagi seluruh perempuan, yang memutuskan untuk bangkit kembali dari kubangan luka, dengan cinta dan takwa mereka. Ibu, inilah tanahmu."
Aceh, provinsi paling barat dari Indonesia yang bukan hanya kaya akan khazanah keIslamannya semata, tapi juga kaya akan para pejuang perempuan. Sebut saja Cut Nyak Dhien, Cut Mutia, atau yang lebih perkasa meskipun namanya tak banyak tercatat dalam buku pelajaran sejarah. Seperti nama tokoh utama dalam buku Tanah Perempuan ini, Safiah Cut Keumala, yang merupakan gabungan tiga nama pahlawan perempuan Aceh. Safiatuddin Syah, sultanah, raja perempuan di negeri ini pada abad ke-17. Lalu Cut, dari Cut Nyak Dhien, salah satu pahlawan nasional yang beberapa kali namanya disebut dalam buku pelajaran sekolah. Kemudian Keumala dari Keumala Hayati, sosok pejuang abad 16. Satu-satunya laksamana perempuan, bukan hanya di Indonesia, tapi di dunia!
Buku ini menyampaikan pesan bahwa perjuangan untuk mendapatkan dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa bukan hanya diwarnai perjuangan kaum lelaki saja, tapi juga turut disertai peran dan kontribusi nyata dari kaum perempuan.
Seperti salah satu kutipan indah dari Hasan Al-Bana, "Bahwa pondasi perbaikan bangsa adalah perbaikan keluarga dan kunci perbaikan keluarga adalah perbaikan kaum wanitanya. Karena wanita adalah guru dunia. Dialah yang menggoyang ayunan dengan tangan kanannya dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya."
Maka sesungguhnya tidak ada alasan bagi seorang perempuan untuk menjadi lemah. Tidak ada alasan untuk seorang perempuan merasa rendah diri dan menjadi makhluk nomor dua. Sebab bagaimanapun, dalam setiap catatan sejarah bangsa ini, tidak pernah lepas peran aktif dan kontributif dari para perempuan tangguh yanh mencintai bangsanya. Para perempuan tangguh yang melahirkan generasi-generasi pejuang kemerdekaan.
Oleh: Wening Yuni Astuti Wijaya
Categories: ayo baca
