Dua Belas Pasang Mata
Posted by EduwaUNJ on 09.57
Penulis: Sakae Tsuboi
Dua Belas Pasang Mata, sebuah novel anti perang karya Sakae Tsuboi. Berlatar sejarah Jepang di tahun 1928-1945. Novel ini mengisahkan tentang perjalanan seorang guru bernama Mrs. Oishi mengajar di desa tanjung.
Pertama kali menginjakkan kaki di desa tanjung ia sudah dianggap sangat barat oleh penduduk di sana. Maklum, pada saat itu berpenampilan sangat barat dianggap tidak nasionalis. Berpenampilan seperti apa Mrs. Oishi ini? Ia berpenampilan menggunakan kemeja, jas, sepatu pantofel, rok selutut serta mengendarai sepeda saat ke sekolah. Pada saat itu umumnya seorang perempuan Jepang akan mengenakan kimono serta sendal yang terbuat dari jerami.
Sebelum Mrs. Oishi mengajar di desa tanjung tersebut, guru-guru selalu berasal dari sekolah menengah putri dan bukan berasal dari sekolah keguruan. Selain itu, guru-guru yang mengajar di sana hanya bertahan selama satu tahun dan menjadikan sekolah di desa tanjung tersebut sebagai batu loncatan untuk mengajar tetap di sekolah utama di kota.
Sekolah di desa tanjung terdapat dua orang guru yaitu Mrs. Oishi dan Bapak Guru yang sudah tua sekaligus menjabat sebagai kepala sekolah tersebut.
Pertama kali mengajar Mrs. Oishi langsung memiliki dua belas murid kelas satu. Tujuh orang anak perempuan yaitu; Kotsuru, Masuno, Kotoe, Matsue, Fujiko, Misako dan Sanae. Dan lima orang murid laki-laki yaitu: Nita, Isokichi, Tadashi, Takeichi dan Kichiji.
Setiap harinya Mrs. Oishi mengendarai sepeda sejauh 8 km menuju sekolahnya di desa tanjung karena ia tinggal di desa pohon pinus.
Awalnya, murid-murid di sekolah tersebut selalu mengolok-oloknya karena tubuhnya kecil dan mengejeknya sebagai gadis kentang. Mrs. Oishi hampir mati kesal karena perbuatan murid-muridnya tetapi ia selalu membalas perlakuan murid-muridnya tersebut dengan senyuman.
Selang beberap waktu, murid-murid tersebut mulai menyukainya, tak hanya murid kelas satu yang diajarnya tetapi seluruh murid di sekolah itu menyukainya. Hingga pada suatu hari sekolah tersebut mendapatkan award sebagai sekolah dengan murid yang paling sedikit datang terlambat. Kenapa? Karena seluruh murid berlomba datang tepat waktu sebelum Mrs. Oishi tiba di sekolah.
Mrs. Oishi mengajari murid-murid tersebut bernyanyi dan bermain musik setiap hari sabtu dan semua murid suka.
Hingga akhirnya Mrs. Oishi memutuskan untuk berhenti mengajar karena kakinya lebam akibat terjatuh di jebakan pasir. Ia tidak bisa berjalan dan mengendarai sepeda lagi. Sedangkan perjalanan jauh menuju sekolah tanpa sepeda sejauh 16 km. Ia tidak sanggup.
Suatu ketika ke-12 murid Mrs. Oishi datang menengok keadaan si guru. Berjalan kaki dari desa tanjung menuju desa pohon pinus. Ke-12 murid ini meminta Mrs. Oishi menanyakan keadaannya sekaligus memintanya kembali mengajar.
-----
Beberapa tahun kemudian saat anak-anak naik ke kelas 5 mereka pindah ke sekolah utama di kota. Dan mereka bertemu kembali dengan guru mereka, Mrs. Oishi. Saat itu kondisi di Jepang benar-benar tidak tentram setelah terjadi kesepakatan dengan Jerman dan Italia.
Anak-anak lelaki mulai banyak yang ditarik untuk menjadi tentara, mereka tau ketika mereka maju ke medan perang maka ia tak akan kembali. 'Merah' mulai dilarang untuk diperbincangkan karena dianggap tidak nasionalis.
12 tahun kemudian, Nita, Tadashi, Takeichi tewas 'terhormat'. Isokichi dibebas tugaskan dari tentara karena buta akibat perang, padahal ia sangat ingin menjadi juru tulis di toko gadai. Dan anak-anak perempuan mulai menjadi ibu bagi anak-anaknya, kecuali Kotoe yang meninggal dan Fujiko yang telah dijual entah kemana oleh orang tuanya. Sedangkan Mrs. Oishi sendiri kembali mengajar anak-anak dari murid-muridnya dulu di desa tanjung, tidak lagi mengendarai sepeda tetapi menaiki sampan yang didayung oleh anak laki-lakinya, Daikichi dan tidak lagi bergaya 'barat' tetapi menggunakan kimono.
Oleh: Reni Anggraeni
Categories: ayo baca
