SABAR & SYUKUR Rahasia Meraih Hidup Super Sukses.

Posted by EduwaUNJ on 23.45


 #AyoBaca oleh Wafirul Hadi

Yudy Effendy dilahirkan di Serang, 6 Juni 1980. Ayahnya bernama H. MT. Rachmat Rafe’i , sedangkan ibunya bernama Hj.Junayah Manshur. Ia menikah dengan Nurhayati dan kini sudah dikaruniai 1 putra bernama Ibas dan 1 putri bernama Sofie. Gelar kesarjanaanya diperoleh di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2003. Ia mengenyam pendidikan menengah atas di pondok Pesantern Darunnajah Cipining, Bogor dan pendidikan menengah pertama di Pondok Pesantren Dasar El-Istiqomah, Serang, Banten. Akhirnya selama ini adalah menjadi pembicara seputar masalah agama dan pengembangan diri di berbagai institusi, seperti di Allianz-Buzz Pusat, Toko Buku Walisongo Pusat, Rumah Sakit Umum Tangerang, SMK Budhi Warman Jakarta, Daar El-istiqomah Serang, Daar Ewl-Mutaqqien Bogor, TVRI, RRI (Pro-3 FM), Cahaya TV Banten, Masjid Agung Serang, Masjid Al-Furqon Depok, Mesjid As-Sa’diyah Ciputat, Yayasan La Tansa Petukangan Jakarta Selatan,  MAN 19 Petukangan Jakarta Selatan, Masjid Al-Barkah Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Masjid Al-A’dhom Tangerang, Masjid As-Sa’adah Ciledug Tangerang, Masjid Madinah Ciledug Tangerang, Kandank Jurank Doank, dan K-Link Bintaro Sektor-9. Bukunya yang ditulis bersama Ustadz M. Arifin Ilham bejudul 4 Zikir Superdahsyat (Qultum Media) dan 10 Zikir Pilihan (QultumMedia) mendapat sambutan hangat di masyarakat. Buku ini adalah buku ketiga yang ia tulis dengan judul SABAR & SYUKUR Rahasia Meraih Hidup Super Sukses.
            Kata sabar berasal dari bahasa Arab shabr, artinya ‘menahan’ atau ‘ mengekang’. Bersabar artinya menahan diri dari segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai dengan tujuan mengharapkan ridha dari Allah SWT.
 Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya hanya orang-orang bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]:10).
Rasulullah SAW juga bersabda, “Besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan dan kuatnya kesabaran.” (HR. Tirmizi)
Firman Allah dan hadist Nabi diatas adalah penjelasan singkat tentang manfaat sabar, yaitu agar dikaruniai pahala oleh Allah SWT. Manfaat yang lain adalah mendapatkan ridha dari-Nya, sebagaimana hadist Nabi
“Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, ia menguji mereka. Barang siapa rela dengan ujian itu, ia mendapatkan ridha-Nya, dan barang siapa tidak rela, ia mendapatkan kebencian-Nya.” (HR.Tirmidzi)
Orang yang sabar juga akan mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Oleh sebab itu, sabar merupakan modal utama untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan meraih sesuatu yang dicita-citakan. Sabar memang mudah untuk dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakn. Sebagai makhluk yang memiliki emosi , tentu tidak mudah bagi kita untuk mengelolanya. Emosi seringkali menghalangi kita untuk bersabar dan membuat kita tidak layak menyandang predikat sebagai seorang penyabar. Ada saja godaan dan cobaan yang menguji kesabaran kita. Kita harus ingat, tidak setiap hal yang positif membuat orang menerimanya berperilaku positif. Tidak setiap kekayaan mampu menjadikan seseorang bahagia. Musibah atau bencana, jika disikapi dengan pikiran yang positif, akan mempertebal keyakinan kita bahwa kasih sayang Allah senantiasa tercurah kepada kita. Sebaliknya, kekayaan materi dan kesuksesan, jika disikapi dengan pikiran yang negatif, justru dapat menjauhkan kita dari Allah. Tidak setiap yang positif otomatis melejitkan derajat spiritual dan sosial seseorang, tidak setiap yang negatif otomatis meruntuhkan harga diri seseorang.
Jika ingin mengetahui bagaimana seharusnya kita bersabar, contoh yang paling tepat adalah Nabi Ayub as. Beliau dikenal sebagai sosok manusia paling sabar, bahkan bisa dikatakan kesabaran beliau berada di titik paling puncak. Itu sebabnya, wajar kalau banyak orang yang menisbatkan sifat sabar kepada Nabi Ayub as. Beliau menjadi simbol sekaligus teladan dalam hal kesabaran. “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).”(QS. Shad [38]: 44) Nabi Ayub adalah orang yang hatinya selalu ingat kepada Allah. Ia senantiasa berzikir, bersyukur, dan bersabar terhadap apa yang Allah berikna kepadanya.
Nabi Ayub adalah hamba yang saleh. Namun, Allah mengujinya dengan harta, keluarga, dan penyakit. Hartanya musnah hingga ia menjadi orang fakir, padahal sebelumnya ia adalah orang yang kaya raya. Ia ditinggal oleh istri dan keluarganya sehingga ia tidak memiliki teman untuk menjalani sisa hidupnya. Ia juga menderita penyakit  kulit yang sangat parah dan berlangsung sangat lama. Waktu itu, Nabi Ayub merasakan tiga penderitaan sekaligus yaitu rasa sakit, kesedihan, dan kesendirian. Saat mendapat cobaan tersebut. Setan berbisik ditelinganya, “Wahai Ayub , penyakit dan penderitaan yang kau rasakan itu karena ulahku. Kalau kau mau berhenti bersabar satu hari saja, penyakitmu akan hilang”.
 Orang-orang sekitar juga banyak yang menggunjingkanNya, hingga istri Nabi Ayub pergi meninggalkannya. Lantas Ia bersumpah apabila istrinya kembali, ia akan menghukumnya dengan seratus kali pukulan. Bisikan setan terus berputar-putar dikepala Nabi Ayub, namun ia sanggup menepisnya.
“ Keluarlah, hai setan!” ujarnya,
“Sungguh, aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah.“ Keteguhan hati Nabi Ayub membuat setan putus asa. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Ayub berdoa kepada Allah SWT. Ia mengadu kepada-Nya karena terus-menerus diganggu oleh setan.
Dengan kesabaran Nabi Ayub mendatangkan keselamatan dan pujian dari Allah SWT. Allah memerintahkan Nabi Ayub mandi di sebuah mata air di gunung dan meminum airnya. Ia melaksanakan perintah itu. Tak lama kemudian, ia sembuh dari penyakitnya. Allah pun memberi limpahan kasih sayang sehingga ia kembali mendapatkan kekayaan yang berlimpah dan kemuliaan yang sangat tinggi. Untuk memenuhi sumpahnya dan agar tidak menyakiti istrinya, Nabi Ayub diperintahkan oleh Allah untuk mengumpulkan seikat tangkai bunga Raihan yang berjumlah seratus buah, digunakan untuk memukul istrinya sekali pukulan, dengan demikian ia telah memenuhi sumpahnya dan tidak ingkar kepada Allah. Itulah Rahmat lain dari Allah yang diterimanya.
Nabi Ayub memberi pelajaran kepada kita bahwa sabar memang bukan sesuatu yang mudah. Tetapi, jika kita sadar bahwa Allah senantiasa bersama kita selama kita mau bersabar, semua ujian dan cobaan akan mudah kita lewati. Hati kita akan tenang, tidak bergejolak karena gelisah yang tidak berkesudahan. Allah pun akan memberikan balasan kepada kita dengan kebahagiaan yang berlipat ganda. SUBHANALLAH.
            Bersyukur artinya mengungkapkan pujian kepada Sang Pemberi kebahagiaan, yaitu Allah SWT. Sebab, kebahagiaan yang diberikan-Nya kepada kita tidak terhitung jumlahnya. Kehidupan yang kita jalani, napas yang kita hirup, jantung yang terus berdetak, dan kesehatan jasmani serta rohani merupakan sedikit dari sekian banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Oleh sebab itu, tidak ada satupun alasan bagi kita untuk tidak bersyukur kepada-Nya.
Hanya orang yang tidak mampu menangkap kenikmatan dari Allah saja yang tidak mau bersyukur. Allah berfirman,
”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) Ku.” (QS.Al-Baqarah [2]: 152)
 Syukur bukan untuk kepentingan Allah namun untuk diri kita sendiri. Dengan bersyukur, Allah akan mempermudah jalan bagi kita untuk meraih impian dan kesuksesan yang kita dambakan, selama syukur yang kita lakukan benar-benar karena Allah SWT.
Kita mungkin masih kerap menganggap Allah tidak adil dengan nasib kita. Perasaan-perasaan seperti ini kerap menjebak pikiran kita untuk berprasangka buruk terhadap Allah. Kita masih sering menganggap Allah tidak sayang sewaktu kita menelan kegagalan. Padahal sebelumnya kita mungkin pernah meraih kebahagiaan dan keberhasilan.
Coba perhatikan. Satu kegagalan ternyata bisa menenggelamkan ingatan kita terhadap keberhasilan-keberhasilan yang pernah kita raih. Jika kita tidak bersyukur, bukan saja nikmat kita yang tidak ditambah oleh Allah. Bisa-bisa , nikmat itu juga akan dicabut. Kesulitan dalam hidup sesungguhnya akibat ulah kita sendiri . Jika kita tidak pandai mensyukuri nikmat, kita akan terkungkung dalam kehidupan yang serba kekurangan. Untuk apa terlihat kaya jika masih merasa serba kekurangan ?
Kita harus terus melatih diri untuk bersyukur kepada Allah atas sekecil apapun anugerah yang diberikan-Nya kepada kita. Setiap malam kita hendak tidur, pejamkan mata sebentar. Bayangkan apa saja yang sudah kita lakukan mulai dari pagi hingga malam. Lalu carilah dengan segenap kesungguhan apa saja yang sudah kita alami sepanjang hari, baik peristiwa yang buruk maupun yang baik. Lalu ingatlah kejadian baik sepanjang hari tersebut dan bersyukurlah kepada Allah, kendati ada juga hal-hal buruk yang mungkin kita alami. Dengan begitu , kita akan menyadari bahwa Allah senantiasa memberikan kebahagiaan kepada hamba-Nya, meski sering kali tidak menyadarinya.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl [16]: 18)





Categories: