SIAPKAH SAYA MENJADI GURU? (Tinjauan Psikopedagogik) oleh Dra. Evita Adnan, M.Psi
Posted by EduwaUNJ on 18.00
“SIAPKAH SAYA MENJADI GURU?”
(Tinjauan Psikopedagogik)
Dra. Evita Adnan, M. Psi
Universitas Negeri Jakarta
I touch the future, I teach.
(Christa McAulife)
Guru merupakan salah satu profesi pendidik yang kerap dianggap sebagai profesi mulia, “pahlawan tanpa tandajasa”. Definisi guru dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan DosenPasal 1 adalah“pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anakusiadini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Mengacu pada definisi tersebut maka untuk menjadi seorang guru yang memiliki kompetensi dan kepribadian baik penting bagi seorang calon guru untuk memiliki ‘modal’ yang kuat yang diperoleh melalui suatu proses akademik dalam lembaga pendidikan keguruan.
Beberapa tahun terakhir pemberitaan mengenai guru yang melakukan kekerasan atau pelecehan terhadap anak didiknya semakin gencar. Idealisasi guru yang selama ini dianggap sosok untuk ‘digugu’ dan ‘ditiru’ pun dipertanyakan. Hal ini disebabkan antara lain karena kurangnya kesiapan calon guru saat turun langsung untuk mengajar. Menjadi guru tidak cukup hanya berbekal “sayasukaanak-anak” atau “saya senang bersosialisasi dengan orang banyak”, apalagi mungkin kini ada guru yang menjadi guru karena ‘terpaksa’, tidak mendapat pekerjaan sesuai yang diharapkan maka guru menjadi pilihan daripada mereka menganggur.
Idealnya, sebelum terjun mengajar ada empat hal yang harus diperhatikan dan harus disiapkan oleh seorang calon guru. Pertama adalah latarbelakang modal akademik yang terkait dengan pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan ilmiah yang dimiliki. Latar belakang akademik menjadi penting Karena tanpa modal akademik yang memadai seorang guru tidak dapat maksimal dalam melakukan transfer pengetahuan melalui materi-materi bahasan yang ia bawakan di kelas. Pengalaman mengajar yang diperoleh melalui praktik lapangan (PPL) juga memperkaya latarbelakang akademik calon guru.
Kedua adalah komitmen yang terkait dengan tekad dan kode etik guru. Komitmen merupakan bagian dari karakteristik profesi guru di mana salah satu karakteristik guru adalah seseorang yang dituntu tuntuk komitmen terhadap profesinya, orang yang selalu berusaha memperbaiki dan memperbarui cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman. Beragamnya latarbelakang peserta didik yang nantinya akan dihadapi menjadi salah satu alasan mengapa komitmen menjadi penting untuk dimiliki.
Ketiga adalah compassion yang secara singkat dapat diartikan dengan kemampuan sebagai penyemangat/penggerak untuk orang lain, dalam hal ini peserta didik agar senang belajar. Oleh sebab itu, seorang guru harus memiliki antusiasme yang tinggi saatmengajar. Penting bagi seorang guru untuk memiliki compassion ini sebab jika guru mampu menumbuhkan semangat dan minat peserta didik maka tujuan pembelajaran yang direncanakanakan dapat tercapai serta akan memberi hasil positif pula bagi peserta didik sebagai penerima manfaat. Bayangkan jika seorang guru masuk ke kelas dan mengajar dengan nada bicara yang datar, wajah yang kusut, dan kurang bersemangat. Siswa sebagai peserta didik hampir dapat dipastikan akan ‘tertular’ sehingga tidak memiliki minat dalam belajar.
Last but not least, adalah keterampilan mengajar (teaching skill). Poin keempat ini penting diperhatikan karena keterampilan mengajar akan terkait dengan upaya untuk menciptakan pembelajaran yang efektif di kelas. Memilih dan mendesain kurikulum yang tepat serta sesuai dengan tujuan pembelajaran juga merupakan bagian dari keterampilan mengajar yang penting dimiliki oleh seorang (calon) guru. Memang sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang harus calon guru perhatikan sebelum menyatakan diri “saya siap mengajar” namun secara garis besar, keempat poin di atas setidaknya mewakili hal yang banyak tersebut. Perlu diingat pula, dalam praktik mengajar nantinya keempat poin tersebut tidak dapat berdiri sendiri namun saling terkait. Kesiapan akademik saja tidak akan menjamin keberhasilan mengajar jika tidak dibarengi dengan tiga poin yang lainnya, begitu pun sebaliknya.
“Teaching should be such that what is
offered is perceived as valuable gift and not as a hard duty”
(Albert Einstein)