Tujuan Sekolah di Era Kolonial

Posted by EduwaUNJ on 19.04
Tujuan didirikannya sekolah di era kolonial ini diawali dari kedatangan pertama bangsa asing: Portugis ke Indonesia. Pada masa ini sekolah didirikan dengan tujuan untuk menyebarkan agama Katolik di ujung timur Indonesia: Maluku.  Salah satu misionaris dari Portugis saat itu Xaverius menganggap bahwa pendidikan merupakan alat yang ampuh untuk menyebarkan agama.

Tak jauh beda dengan bangsa Eropa lainnya, Belanda. Belanda pun mendirikan sekolah dengan tujuan untuk menyebarkan agama, namun agama yang disebarkan oleh Belanda ini adalah agama Protestan. Pada saat itu, sekolah dipusatkan di Ambon dan sekitarnya. Kenapa Belanda mendirikan sekolah lagi di sana? Karena Belanda tak mau kalah dari Portugis. Jika Portugis berhasil menumbuh suburkan agama Katolik di ujung timur Indonesia, maka Belanda akan melakukan hal yang sebaliknya yaitu menghilangkan agama Katolik di ujung timur Indonesia dan menggantinya dengan agama Protestan.

Pada tahun 1607 sekolah pertama didirikan oleh Belanda di Ambon. Tujuan sekolah ini didirikan untuk menghilangkan agama Katolik dan menggantinya dengan agama Protestan. Sepuluh tahun berselang, dikeluarkanlah instruksi Heeren XVII yang berisi “Gubernur Indonesia harus menyebarluaskan agama Kristen (Protestan) dan mendirikan sekolah untuk tujuan itu” Setelah instruksi Heeren XVII ini dikeluarkan maka pada tahun 1632 sudah terdapat 16 sekolah di Ambon. Selanjutnya, pada tahun 1643 dikeluarkanlah aturan baru mengenai tugas guru yang berisi “Memupuk rasa takut kepada Tuhan. Mengajarkan dasar-dasar agama Kristen. Mengajarkan anak-anak berdo’a, bernyanyi, pergi ke gereja, mematuhi orang tua, mematuhi penguasa, dan mematuhi guru.” Dua tahun berselang pada tahun 1645 terdapat 33 sekolah dan 1.300 murid di Ambon.

Dari timur kita beralih ke Jakarta. Pada tahun 1630 sekolah pertama didirikan di sini. Uniknya, sekolah ini dirikan dengan tujuan yang berbeda dari timur Indonesia. Sekolah pertama ini didirikan dengan tujuan untuk mendidik anak-anak Belanda dan Jawa menjadi pekerja yang kompeten di VOC. Lalu, pada tahun 1636 terdapat 3 sekolah di Jakarta serta pada tahun 1706 terdapat 34 guru dan 4.873 murid di Jakarta. Yang membedakan antara sekolah di Jakarta dengan di timur Indonesia ini adalah penggunaan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar. Di Jakarta penggunaan bahasa Belanda dijadikan sebagai syarat untuk memperoleh ijazah (untuk memperoleh ijazah yang diuji hanyalah bahasa Belanda). Ijazah ini akan digunakan sebagai syarat bagi pengangkatan pegawai rendah. (RA)

--------------
Referensi: Nasution, S. Sejarah Pendidikan Indonesia.