Cacing dan kotoran Kesayangannya

Posted by EduwaUNJ on 19.27




Oleh: Fatra Nugraha



Satu hari Brahma yang suci dikutuk menjadi cacing karena melakukan kesalahan yang besar, pertama ia tak bisa menerima hal itu namun kini ia dapat memahami hal tersebut atas tebusan kesalahan yang telah ia perbuat.


Satu hari ia sedang berjalan jalan lalu menemukan seonggok kotoran yang menarik perhatiannya lalu ia mendekati kotoran tersebut dan ia pun sangat menyukai seonggok kotoran itu karena mendapatkan kenyamanan didalamnya. Ketika ia sedang asik dengan kotoran kesayangannya itu datang seorang temannya yang semasa hidupnya sama sepertinya seorang yang suci dan kini temannya itu telah meninggal dan telah menjadi penghuni surga, lalu ia turun ke bumi untuk mengajak cacing itu ke surga karena masa kutukan yang ia jalani telah habis. Terjadilah perbincangan antara kedua kawan lama itu.


A       : “Hai kawan lama, apa kabarmu Disana?”


Cacing        : “Hai kawan, aku sangat merasa baik di sini dengan wujudku yang menjadi cacing dan berdiam diri di seonggok kotoran ini. Ada apa kau datang ke sini?” 

A       : “Apa yang kau maksud dengan merasa baik? Kau disitu dengan seonggok kotoran itu, bau kotor. Aku di sini ditugaskan untuk memberi kabar baik padamu bahwasanya masa kutukanmu telah usai dan mengajakmu untuk ke surga”


Cacing        : “Mengajakku ke Surga? Tidak terima kasih aku lebih suka di sini dengan seonggok kotoran kesayanganku walau kau katakan di sini bau, kotor atau sebagainya” 


A       : “Aku di sini mengajakmu untuk di Surga karena kau pantas untuk Disana. Lihatlah diriku aku memakai pakaian rapi putih bersih, Disana sangat indah terdapat banyak makanan pemandangan indah serta semerbak wewangian yang tak ada bandingannya”


Sang Cacing tetap bersikukuh terhadap pendiriannya dan tetap tak tergoda dengan apa yang dikatakan kawan lamanya itu tentang surga seraya berkata;


Cacing        : “Tidak terima kasih, walau kau mengatakan bahwa surga itu indah, penuh dengan wewangian dan sebagainya aku tetap tak akan meninggalkan kotoranku ini dan pergi ke Surga. Karena bila aku ke surga apa akan ada Kotoran seperti ini? Yang bau kotor dan sebagainya?”


Kawan sang cacing itupun terdiam mendengar apa yang dikatakan kawan lamanya lalu ia pun kembali ke surga tanpa hasil dan hanya berpesan kepada sang cacing bila ia ingin ke surga cukup dengan memanggil kawan lamanya itu, namun ia merasa yakin bahwa kawan lamanya yang telah menjadi cacing itu sedikit kemungkinan untuk memanggil dirinya dan meminta untuk ke surga. 

Pesan yang dapat ditangkap dari hal diatas ialah bahwa apa yang orang katakan indah belum tentu indah menurut kita. Begitu pula ketika kita sedang mengajar di Suatu sekolah lalu datang teman kita menyampaikan bahwa ditempat ia mengajar mampu menjamin kesejahteraan dengan upah yang besar serta fasilitas yang memadai serta teknologi yang canggih, namun belum tentu apa yang menjadi kesukaan teman kita tentang upah yang besar bukan tolok ukur kita untuk mengajar di sekolah tersebut akan sejahtera.


Karena mengajar itu bukanlah tentang upah besar, teknologi yang sangat canggih, tunjangan yang lancar melainkan mengajar itu tentang cinta, bagaimana kita mampu mengajar dengan setulus hati serta memilik rasa kasih sayang terhadap anak didik dan anak didik memiliki rasa cinta kasih sayang pula kepada kita selaku pendidik yang menjadi orang tua kedua bagi anak didik untuk mengubah karakter anak didik kita menjadi lebih baik.
Categories: